Kau ingat beberapa kenangan kebersamaan
kita? Baiklah, aku akan menceritakannya padamu dan khusus untukmu.
15 Tahun yang lalu…
Aku bergegas melangkah keluar kelas setelah bel sekolah berbunyi.
Kuterobos murid-murid yang menyesaki koridor kelas. Aku tak ingin kau
menunggu terlalu lama. Aku yakin kau pasti telah menungguku. Dan
dugaanku tak meleset. Aku melihatmu sedang berdiri di pintu gerbang
sekolah dengan ditemani sebuah sepeda ontel –sepeda pemberian Abah saat
kau di Khitan. Sesekali kau usap keringat yang membasahi keningmu –siang
ini mentari terasa begitu menyengat.
Aku berjalan mengendap-endap mendekatimu. Lantas kukagetkan dirimu dari
belakang. Spontan kau terkejut dan aku tertawa penuh kemenangan karena
berhasil menjahilimu. Kini aku sadar, bahwa saat itu kau pasti hanya
berpura-pura terkejut agar aku bisa tertawa lepas. Bukankah setiap hari
aku selalu melakukan hal sama?
“Jahil ya, kamu. Hampir saja jantung Mas mau copot.” Kau menasehatiku
sambil mengusap dada.
Aku hanya memamerkan barisan gigi putihku.
Dan ternyata, dihari berikutnya aku tetap melakukan hal sama.
Aku merindukanmu, Mas.