Monday 19 November 2012

Dream Room
Oleh : Angger Minerva
Story edisi 25 Sept-24 Okt 2012






Dia mengamatiku, berharap agar aku menemaninya duduk di sofa ruangan ini. Aku tak mempedulikannya, kuterus berkutat dengan benda-benda rakitanku. Kali ini sekolah sedang libur semester, sudah saatnya semua waktu dan pikiranku kucurahkan pada benda seperti lemari yang dilapisi alumunium ini. Di ruang inilah kuhabiskan waktu untuk bergulat dengan benda-benda asing ini.
Dream Room, sebuah ruangan kecil yang terletak di halaman belakang dan terpisah dari bangunan utama rumahku. Aku sengaja meminta orang tuaku membuat ruangan ini. Ya, di sinilah aku menggantungkan cita-cita dan segala impianku. Cita-cita yang aneh bagi sebagian kalangan, tapi tidak untuk keluargaku. Aku memang telah mendapat ilmu turun-temurun dari almarhum kakek. Tak hanya itu, kakek juga menularkan cita-cita dan impiannya padaku. Sebagian benda ciptaan-ciptaan kakek telah kami rasakan manfaatnya terutama untuk keluargaku.
Semula ruangan ini menyatu dengan kamarku, namun orang tuaku merasa terganggu atas aktifitasku yang cenderung pada malam hari dan selalu mengabaikan tugas sekolahku. Hingga mereka menghalangiku untuk bergelut dengan benda-benda ajaib. Cita-citaku banyak tapi yang menjadi tujuan utamaku adalah mengubah dunia dan memperbaiki dunia dengan alat-alat ciptaanku.
“Nara, kumohon dengarkan aku sebentar saja!” Alana mengeluh kesal.
Kulirik ia sejenak. Dia adalah sahabatku, kita bertemu saat acara Mabis (Masa Bimbingan Siswa) tahun lalu di sekolah. Meski kami baru kenal sekitar sepuluh bulan lalu tapi kami sangat dekat seakan kami telah saling mengenal bertahun-tahun lamanya.
Dia, salah satu gadis cantik di sekolah. Tubuhnya begitu ideal dengan usianya. Kadang aku merasa minder bila harus berteman dengannya. Siapalah aku ini? Pria kurus, tinggi dan berkacamata tebal. Tidakkah ia malu bila bersahabat denganku? Aku adalah sosok lelaki penakut sedangkan dirinya sosok wanita yang tegar, diusianya yang masih belia ia telah menjadi yatim piatu. Dan kini ia tinggal bersama Bibinya, di Surabaya. Dan rumah kami saling bersebrangan.
“Nara, kau masih menganggapku ada kan?” ia mendekatiku.

Saturday 18 August 2012

Kau ingat beberapa kenangan kebersamaan kita? Baiklah, aku akan menceritakannya padamu dan khusus untukmu. 

 15 Tahun yang lalu… 

Aku bergegas melangkah keluar kelas setelah bel sekolah berbunyi. Kuterobos murid-murid yang menyesaki koridor kelas. Aku tak ingin kau menunggu terlalu lama. Aku yakin kau pasti telah menungguku. Dan dugaanku tak meleset. Aku melihatmu sedang berdiri di pintu gerbang sekolah dengan ditemani sebuah sepeda ontel –sepeda pemberian Abah saat kau di Khitan. Sesekali kau usap keringat yang membasahi keningmu –siang ini mentari terasa begitu menyengat. 

 Aku berjalan mengendap-endap mendekatimu. Lantas kukagetkan dirimu dari belakang. Spontan kau terkejut dan aku tertawa penuh kemenangan karena berhasil menjahilimu. Kini aku sadar, bahwa saat itu kau pasti hanya berpura-pura terkejut agar aku bisa tertawa lepas. Bukankah setiap hari aku selalu melakukan hal sama?

“Jahil ya, kamu. Hampir saja jantung Mas mau copot.” Kau menasehatiku sambil mengusap dada.

Aku hanya memamerkan barisan gigi putihku. 

Dan ternyata, dihari berikutnya aku tetap melakukan hal sama.

Aku merindukanmu, Mas. 

Tuesday 17 July 2012



Dapet inbox yang isinya seperti ini :
Hai Angger
Cerpen Primadona Malam, bakal dimuat di Radar Banten edisi Minggu 15 Juli ini ya.
Tengkyu.
Kalo gak nyadar pas saat itu udah jam 11 malam, mungkin gue bakal teriak dan jingkrak-jingkrak
:D


mau tau cerpen PRIMADONA MALAM itu seperti apa kisahnya?
Yukkk mareeeee di baca.......



Primadona Malam
By. Angger Minerva

Aku duduk terpaku di depan meja rias. Mencermati raut wajah yang kian hari kian jelas tergurat keriput. Kupoles wajah dengan bedak padat coklat, berharap polesan bedak tersebut dapat menutupi keriput wajah. Atau sekadar mengurangi keriput yang terlihat.
Kurapikan gaun merah yang kukenakan. Berharap penampilanku masih seperti saat usia remaja. Juga berharap, aku masih semenarik dulu. Dulu saat aku menjadi primadona dan sekarang aku ingin tetap menjadi primadona.
Primadona bagi lelaki hidung belang. Lelaki yang mencari pelampiasan nafsu birahinya. Lelaki yang tak pernah merasa terbebani mengeluarkan harta bendanya untukku. Lelaki yang terlupa akan istri dan anaknya yang setia menantinya di rumah.
Aku terbangun dari dudukku. Sesaat kurapikan make-up wajah dan kurapikan lagi gaunku. Lantas, aku siap berpergian. Tak perlu mengumpat untuk keluar dari gubuk reot ini. Aku hanya tinggal seorang diri, di pinggiran kota metropolitan.
Kujejaki tanah basah. Langkahku terasa amat perlahan, berusaha memilih jalan bagus agar tak terjebak oleh genangan air yang dibuat sang hujan beberapa jam yang lalu. Aku harus ekstra hati-hati karena tak ingin gaun ini terkotori dengan air kotor jalanan. Bau got hitam begitu menusuk indra penciumanku. Ditambah, di sekitar tempat tinggalku terdapat pembuangan sampah.
Tak perlu takut bagiku jika akan ada tetangga yang menanyaiku. Pastilah di malam seperti ini mereka sudah tertidur pulas, dan kuyakin hujan beberapa jam lalu telah membuat mereka semakin larut dalam lautan mimpi.
Tak perlu waktu lama, aku telah sampai di lokasi yang kutuju. Sudah banyak rekanku yang bekerja dan tentu sudah banyak pula lelaki hidung belang hilir mudik.
“Marsha, kemana aja kamu? Sudah ada yang menunggumu.” ujar Mak Ningsih menyambutku di depan pintu. Ya, dialah penguasa di sini bahkan dia jugalah yang memberi nama Marsha sebagai nama samaranku.
“Maaf Mak,” jawabku santai.
Huh.. baru sampai saja sudah ada lelaki yang tertarik padaku, lelaki yang nafsunya minta dilayani. Dan memang inilah pekerjaanku. Meski awalnya aku teramat jijik dengan pekerjaan ini, tapi lambat laun rasa jijik itu sirna.
Inilah duniaku. Sebuah dunia kelam yang tak terbesit dalam benakku sebelumnya. Dunia yang tak pernah kuyakini dan tak pernah tercium olehku sebelumnya. Namun kini aku ada di sini. Ditempat para pelacur menjajakan kemolekan tubuhnya demi selembar rupiah untuk menyambung hidup. Bukan salah kami memilih pekerjaan seperti ini. Justru kami begitu menyadari atas ketidak-mampuan kami, atas keahlian apapun yang tak kami miliki, atas ijasah apapun yang tak tersentuh oleh kami, dan atas pendidikan yang tak pernah kami enyam sekalipun. Dan inilah kami. Inilah aku dan duniaku; sang primadona malam.
Jangan salahkan kami jika para suami lebih memilih bermalam bersama kami! Jangan salahkan kami jika kami menguras harta benda mereka!
Kami memang menjijikkan, bahkan lebih menjijikkan daripada tikus-tikus got yang berkeliaran dimalam hari. Juga lebih menjijikkan daripada sampah yang membusuk. Ketahuilah, kami lebih baik dibanding orang berjas dan duduk santai di singgasananya dan hanya makan gaji buta.
Sesungguhnya aku pun tak suka dengan keadaanku seperti ini. Tapi karena Cantika –adikku, maka

Monday 14 May 2012


Sekantor! Seruang! Sekampus! Sejurusan! Sekelas!
Kami selalu serba 'se-'. Dan herannya gue sama dia walau udah seharian rusuh di kantor, tetep aje rusuh di fb. Kalo lagi onlen kebetulan bareng, tetep aje rusuh di inbox. Et dah... apa gak bosen ya rusuh mulu ama gue?! Enek! kata yang tepat! #upss...

Tanang....! semua akan baik-baik aja kok soalnya udah kebal! Hahahaha....
Dan 'Dia' yang gue maksud kali ini adalah sosok yang mungkin sudah bisa ditebak 'Tiandii Langit Ara'. Yups... gue mau cerita dikittt.... dikit banget malah mengenai gimana kami ketemu....


Simple banget!
Waktu itu gue sama temen SMA gue dateng pas acara FBB (Festival Baris Berbaris) Sekabupaten Tangerang di Pemda Tigaraksa bulan Desember 2010. Secara sebagai Sekot yang baik pan mesti dateng ngeliat para junior pada tampil ikut lomba Paskibra.

Narsis itu adalah moto wajib gue sama temen-temen SMA gue. Yang bikin aneh nih ya... Pas gue lagi asyik foto-foto sama temen-temen SMA plus pelatih pake hape gue, masak ada cewek berjaket hijau yang nyelonong maen ngikut foto tanpa permisi pula! Spontan, gue sama temen-temen gue bertanya-tanya tentang siapa orang itu...

Cerita berlanjut ke....
Di kantor gue ada karyawan baru. Seperti biasa, setiap istirahat pasti pada ngumpul, dan cerita ngalor-ngidul! sampai pada obrolan mengenai facebook....
"Oh... fb lo Angger Pelangidimalamhari itu?" tanya karyawan baru itu. Jiah... ketauan deh kalo dulu gue sempet alay... hahahahaha....
"Iya... lo tau?" gue balik tanya.
"Pan kita satu grup Paskibra di fb!"
"Masak sih?"

Seolah gak percaya, pulang kerja gue langsung nongkrong di warnet (pas itu gue belum punya leppi cuy, masih kere). Mulai deh gue cari nama karyawan baru itu di Grup Paskibra. Setelah nemu langsung deh gue maen ke profilnya...
Nah... pas itu gue ngeliat foto-foto dia, dan ada yang aneh dari foto itu. Jaket hijau yang dia pake bikin Deja Vu.


Besoknya....

Tuesday 20 March 2012

Hitam Putih Susi

Judul               :   DUA SISI SUSI
Penulis            :   Donatus A. Nugroho dkk.
Penyunting      :   Reni Erina dkk.
Penerbit          :   Universal Nikko, Jakarta
No. ISBN       :   978-602-95476-6-5


DUA SISI SUSI menceritakan tokoh Susi yang miliki sisi putih dan hitam.

Hanya Susi pada cerpen Di Atas Piring Putih yang diundang Adrian dalam pesta kecil-kecilan yang diadakannya bila ia putus dengan kekasihnya. Tak pernah sekalipun Susi melewatkan pesta itu, dimana Adrian-lah si juru masak.

Adrian miliki kelainan. Semua mantan kekasihnya selalu ia bunuh. Daging mereka akan dijadikan bahan utama sushi; makanan yang selalu mereka santap di atas piring putih. Hingga nyawa Susi harus berakhir ditangan Adrian.
  parang yang menempel horizontal di samping Susi bergerak 180 derajat. Mengenai Susi. Tepat dilehernya. Adrian suka suara itu. suara ketika kepala Susi menggelinding di lantai bersama cipratan darah… (Hal:68-69)

Susi di Lebah Hitam dari Fukushima adalah korban efek radiasi ledakan reaktor nuklir. Berwujud manusia namun selera makanannya berbeda. Bukan nasi yang dimakan tapi bubur otak. Tak pernah ia memilih siapa mangsanya, orang tuanyapun tak luput jadi korban.

Susi menghisap otak korbannya dengan sedotan, sebelumnya ia melubangi ubun-ubun korbannnya dengan paku. Tak ada yang lain selain bubur otak manusia dengan cairan darah dan lendir. 

…aku hanya berharap kalian bisa jeli mengenali perbedaan mataku dengan mata manusia normal. Pupil mata kiriku tidak bulat, melainkan berbentuk heksagonal. (Hal:274)

DUA SISI SUSI ditulis oleh 24 penulis yang terpilih melalui seleksi ketat. Dimana mereka tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Sebagian berprofesi sebagai penulis, mahasiswa dan pelajar. 34 penulis yang naskahnya tak lolos seleksi namun miliki kisah aneh selama pembuatan naskah terangkum dibeberapa halaman terakhir; menambah poin plus buku ini.

Harga yang dipatok buku ini mungkin menjadi pertimbangan pembaca yang notabene seorang pelajar. Dimana pelajar hanya mengandalkan uang dari orang tuanya, tentulah perlu tenaga ekstra untuk menyisihkan uang saku. Saya juga menemukan terdapat beberapa kesalahan atau kekurangan dalam hal pengetikan. Saya harap beberapa kelemahan tersebut tak menyurutkan niat Anda untuk miliki buku ini.
Buku ini sangat cocok bagi anda yang miliki jiwa pemberani. Jangan mengaku diri Anda pemberani kalau belum membacanya. Buku ini adalah buku paling mematikan!
Saya aja berani, masak kamu enggak?
Senandung Sahabat
senandung Sahabat

Telah terbit di LeutikaPrio!!!



Judul : Senandung Sahabat
Penulis : Ali Musafa, Angger Minerva dkk.
Tebal : vi + 116 hlm
Harga : Rp. 31.200,-
ISBN : 978-602-225-204-7
 

Sinopsis:
Senandung Sahabat ini bercerita tentang ungkapan hati para sahabat dalam kehidupan cinta dan persahabatan mereka. Ditulis oleh para sahabat dari berbagai penjuru Nusantara. Berkisah tentang Bisikan Iblis, Kisah Kita Tentang Hujan, Janji 3 Januari, Kehilangan, Mad in Love, Kakak Mayaku, Persaudaraan yang Indah, Azzam dan Maryam, Mily Diaries, My Lyci, Menjadi Dewasa, Maaf yang Tertunda, Romansa Si Dungu, Ironi, Apa Itu Cinta, dan Wanita yang Berbeda. Senandung Sahabat ini adalah sebuah pertanda bahwa bibit-bibit muda ikut menyemarakkan dunia perbukuan di Indonesia.



Hujan dan malam–dia suka itu, meski sesungguhnya dia membencinya.

Berikut ini daftar lengkap buku #iCare:
BUKU 6

Mawar dan Rinduku |Lilya Wamirza Fitriani, @lymirza
Bumi Untuk Ragil |Laurens E. Prasetyo, @lorenz_ep
Hidup Untuk Uang? |Deniya Patricia, @deniyatarot
Jiwa yang Merindu |Rissa, @RirisaLuv
About Children |Randy Mulyanto, @RANDOMDY
Perubahan Anak Muda Menentukan Perubahan di Bangsa Ini |Lucy Susanti, Lucy_1188
Untukmu, Sahabatku |Vivin Retno Damayanthi, @VivinMDzen
Bumi dan Arsitek Kecil |Lianggono Susanto, @lianggono
Pedulikah Kita? |@DianElysa
Sepuluh Jari yang Peduli |Mutiara Larasati Permono, @aiyasmutiara
Karena Pemimpin Tak Boleh Hanya “Prihatin” |Irra Fachriyanthi, @irfach
Ini Milik Kita |Toshiko
Jakarta, Sebuah Balon dan 3 Lembar Uang Seribuan |Shinta Okta, @m3_rU
Kebudayaan yang Terlupakan |Meyriandini Suci Lestari, @ucienil
Sebuah Etalase di Trotoar |Yuni Sugandini, @dcosynook
Terang Bulan di Tanah Luka |Gunawan Budi Susilo, @namanaira
Si Penjaga Mushola |Angger Styo Yuniarti, @angger_minerva
When My Brother Stopped Running |Monica Petra Karunia, monicapetra@ymail.com
Ciela |Yennie Arisandi
Everything Happens for A Reason |arfienna.g.nurhadi, @fienna_nurhadi
Sungai |Dewi Kartika Subekti, @mornin9dew
Saya Hanya Ingin Meninggal di Kampung Halaman... |Ruri Hanonsari, @rurihanonsari


Yang masuk dalam 10 Besar pilihan kami adalah...

1. Rumah Untuk Nadya oleh Eros Rosita
2. Normal adalah Aku oleh Rina Shu
3. Segulung Cerita Tua dalam Kepala oleh Haz Algebra
4. Pagoda Sam Poo Kong oleh Daniel Hermawan
5. Magdalena, Ilusi dari Balik Lensa oleh Yuska Vonita
6. Bumi dan Arsitek Kecil oleh Lianggono
7. Karena Pemimpin Tak Boleh Hanya Prihatin oleh Irra Fachriyantini
8. Jakarta, Sebuah Balon dan 3 Lembar Uang Seribuan oleh Shinta Okta
9. Si Penjaga Musholla oleh Angger Minerva
10. Saya Hanya Ingin Meninggal di Kampung Halaman oleh Ruri Hanonsari


DIALOG SEPASANG KUPU-KUPU # Karya Duet
KARYA: Angger Minerva & Tiandii Langit Ara, Dewi Hapsari, Eric Keroncong, Nurlaili Sembiring, Atieq ilham, Aa_Kaslan, Pena Pelangi, Aghmed ghozen, dkk


Endorsment:
Kupu-kupu. Bukan hanya sekedar sayapnya yang memiliki keindahan warna. Bukan hanya bentuknya yang lucu, dan memberikan kerinduan tersendiri bagi pecintanya. Kupu-kupu bukan hanya sekedar terbang lalu hinggap di atas putik bunga, namun ia juga bertugas untuk menabur serbuk sari bunga pada bunga-bunga lainnya. Seperti kumpulan kisah dalam cerpen ini, para penulisnya, menghinggapkan ujung penanya, dengan menaburkan sekian sari tintanya, untuk menyampaikan kaidah cinta dan hikmah kehidupan. Kisah-kisah yang menakjubkan, dan kemasan isinya yang tertulis dengan jujur, membuat bibir pembacanya tidak akan kesulitan untuk menebar senyumnya, bahkan untuk menyeka air mata keharuannya. Dan sejenak akan membuat pembacanya melamun terbang bersama “kupu-kupu”.

(Jhody M. Adrowi, Pecinta dan penikmat sastra, alumni Pon-Pes al-In’am, Banjar Timur. Study di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Jurusan BSA.)

Book of Cheat #3


By Yuska Vonita, Pelangi Jingga (Angger minerva) dkk
Harga: Rp 33000



Cinta itu indah. Cinta itu membuat dunia terasa seperti surga. Tetapi, bagaimana jika kesucian hati dinodai dengan adanya orang ketiga? Apakau kau rela memberi hatimu kepadanya yang tidak setia?

Book of Cheat adalah kumpulan cerpen tentang pengkhianatan cinta. Berbagai kisah tentang perselingkuhan ditulis dengan menarik oleh 17 penulis ini. Take a deep breath and let's start the journey.


Dear Love For Kids #1

Kumpulan Cerita Anak ( DEARLOVE FOR KIDS )#1

ARTI SAHABAT - D. Dudu AR - 4
INDAHNYA MENOLONG SESAMA - Cahaya Amanah - 8
CHIKA SENANG BERSEKOLAH - Tsuraya Widuri - 14
HUKUMAN ANAK NAKAL - Victoria Ivy - 20
KEBAYA SOBEK - Angger Minerva - 26
MICHIKO TAKUT SEKOLAH - Neny Silvana - 31
BAKAT TERPENDAM KIRA - Molzania - 37
KORY, KELANA DAN KAKEK TUA - A Rahman - 43
BUAH YANG MENYESAL - Ulfa Zaini - 49
AYAHKU GATOTKACA - Andhika Wandana - 53
TAMASYA KE SAWAH - ‘Ainun Kurnia - 60
PUTRI MANDALIKA - EL Kinanti - 66
UTIH DAN MER BERSAMA NEGERI AWAN- Fitriani- 74
Judul : KADO UNTUK JEPANG
Tebal : viii + 166
Penulis : Pelangi Jingga, Ahmed Ghoseen Al-Qohtany, Syaque H, dkk
Penerbit : AG Publishing (Juli, 2011)
ISBN : 978-602-9149-24-1
Harga : Rp. 35.000,- (Belum Termasuk Ongkos Kirim)

SINOPSIS :
Hidup adalah perjuangan, keindahan dan kemegahan Jepang pada akhirnya harus tercatat dalam hamparan ketikberdayaan yang menyebabkan penduduknya menderita.
Inilah hidup… meski telah memperoleh predikat "Negara kaya" namun dalam sekejap mata telah menjadi tumpukan luka, tangis, kecewa dan kehilangan yang sangat dalam.
Ya, hidup memang penuh teka-teki, maka sepandai apakah kita bisa menerima kenyataan hidup yang pahit itu? Sekuat apakah kita mampu bertahan hidup setelah dilanda musibah?
Kisah tentang Jepang yang penulis sajikan dalam buku ini menggambarkan rasa belasungkawa terhadap musibah yang melanda Jepang. Tak ada yang dapat menyangka bahwa kokohnya teknologi Jepang yang canggih itu masih juga tak mampu membendung guratan nasib dalam bentuk musibah tsunami. Bahkan Penulis yang dengan ikhlas menyumbangkan 100% royalti penjualan buku ini kepada korban bencana alam di Jepang tak segan ikut terjun kedalam lingkaran kesedihan itu.



Enggak nyangka telah lahir buku pertamaku, meskipun hanya sekedar antologi bersama. Semoga saja, dengan lahirnya buku ini, membuatku semakin bersemangat untuk meraih cita-cita. Naskahku yang terdapat dalam buku ini adalah flash fiction yang aku ikuti dalam event flash fiction tentang perjodohan. beruntung. 2 naskah yang aku ikutkan, salah satunya berhasil lolos dalam 75 besar naskah yang di bukukan.

Bukan maksudku ber-pamer ria, tapi hanya sekedar berbagi semangat. ya, semoga kalian akan tetap terus bersemangat meraih cita-cita :-)

Hidup itu cinta. Cinta itu telah lenyap seiring dengan terusirnya manusia dari firdaus. Untuk menyempurnakan kehidupannya di dunia, manusia harus menciptakan cinta, berdasar pada template Sang Mahacinta, agar hidupnya kembali hidup. Cinta itu menghidupkan hidup manusia.

Sore ini, aku punya agenda berkunjung ke kampus bareng dengan Tiandii Langit Ara setelah pulang kerja. Kami memang harus registrasi ulang di Kampus.

Sampai Kampus, beuh... Banyak banget yang mau registrasi. Alhasil aku dengannya malah duduk santai di ruang tunggu, bingung mau ngapain? (lebih tepatnya malas ngantri!).

Gak masalah cuma nyantai bentar, lumayan sambil nunggu sahabatku sejak SMP, kawan seperjuangan (lebay deh); Vhie'amiy Silviana.

Singkatnya,
Jarum jam menunjukkan pukul 17:45. Yupz, bentar lagi buka puasa, bro!
Untungnya di dekat kampus ada yang jualan Es Buah (mantep bro!).

"Tian, sewa tempat tiga orang!" bisikku pada Tian; cewek tomboy di sampingku.
"Bang, pesen 3 mangkok sekalian sewa tempat buat 3 orang ya, Bang!" ujar Tian pada si pedagang.
"Satu gak pake susu, Bang!" sahut Amy tanpa komando.
"Ya udah, Bang. Siapin aja 3 mangkuk. Kita mau ke sana dulu. Jangan lupa, Bang. SATU GAK PAKE SUSU!" sergahku sambil menunjuk salah satu penjual martabak. (beuh.. Aku bawel juga ya :-D ).

Kami bertiga pun segera menuju ke penjual Martabak. Niat gak boros, maka kami beli satu buat bertiga. Lumayan buat ganjel perut.
"Mau pesen apa nih?" tanyaku pada mereka berdua. "Gak mungkin pesen Martabak Keju!"
"JANGAN KEJU! Gue gak suka berbau susu!" cegah Amy.
"Jangan ketan atau kacang! Gue gak suka." sahutku. "Oke. MARTABAK TELOR!"
"Huhuhu.. Gue gak suka telor bebek!" sahut Tian merengek sambil menunjuk tumpukan telor bebek dan segera menutup hidungnya; bau maksudnya!
"Emang, martabak telor pake telor bebek?" tanyaku polos dan di jawab dengan anggukan kecil si penjual. "Nah terus kita mau pesen apa?"

Kami bingung, dan juga membuat bingung si penjual.
"Ada menu lain gak, Bang?" tanya Tian. "Ada Martabak Coklat kan?"

Martabak coklat? Akh.. Tak pernah terpikirkan olehku. Martabak coklat adalah jalan keluarnya. Dan setelah martabak coklat telah kami dapat. Kami kembali ke penjual Es Buah.

Adzan berkumandang, tanpa basa-basi kami segera melahap Es Buah yang tersaji di hadapan kami.

Lima menit kemudian.
"Gue kenyang...!" seruku sambil menatap nanar sebungkus Martabak Coklat dan di sahut sebuah anggukan dari mereka berdua.

------

kisah ini kutulis untuk mengingat perjuangan, juga kebersamaan kita hari ini. Ya, awal perjuangan kita (hmm kalau gak salah, ini bukan awal tapi sudah ke lima deh itupun kalau gak salah hitung :-D )


Tangerang; depan Kampus.
Rabu, 3 Agustus 2011


From :
Angger Minerva (Aku)

To:
Tiandii Langit Ara (Tian)
Vhie'amiy Silviana (Amy)

cc :
Pedagang Es Buah
Pedagang Martabak
Hmm...

Mau ngetik cerita ini tapi lupa melulu. Oke deh, mumpung masih inget. Kutulis sekarang aja ya.

-------------------------

Sore itu, aku dan Tian berencana mau ke kampus setelah pulang kerja untuk registrasi ulang.

Kejadian ini terjadi di hari yang sama dengan 'Kisah tentang Martabak' kemarin. (Hayo udah baca belum? Belum? Buruan geh baca!) :-D

Sebelum ke kampus, Tian sengaja memberhentikan motornya di pom bensin. Tau dong mau ngapain?

Dia memintaku untuk menunggunya di tempat lain daripada melihatku ikutan ngantri. Aku tak mengabulkan permintaannya. Mending ngantri dan ada temen ngobrol kan? Daripada duduk bengong kayak sapi ompong! Mending kalo boleh ngaktifin hp, kan bisa buka fb. Nah ini kan di pom bensin jadi gak boleh ngaktifin hp. Hayo pasti tau kan kalo di pom bensin tuh selain gak boleh merokok juga gak boleh mengaktifkan hp. Jangan pura-pura gak tau ya! Atau memang gak tau? Tapi sekarang udah tau kan?

Singkatnya, pas Tian buka jok motor. Di dalamnya ada sebuah tempat penyimpanan helm. Tapi kurasa sudah multi fungsi, bukan helm yang tersimpan di sana, melainkan sebuah kumpulan kertas di mana kertas itu berisi cerpen-cerpen karangannya.

"Apaan tuh? Naskah ya?" tanyaku sambil cekikikan.

"Iya..." jawabnya, juga disertai tawa.

"Ternyata ini toh tempat rahasia elo buat nyimpen naskah!"

"Yoi, cuy. Tempat rahasia nih." sahutnya percaya diri.

"Dasar penulis! Kemana-mana bawa naskah!"

"Emang elo enggak? Kemana-mana elo bawa flashdisk!" celetuknya.

Kami pun tertawa, gak peduli pada setiap pasang mata yang melihat kehebohan kami. Ya, dia tahu kalau aku biasa menyimpan tulisan-tulisanku di flashdisk. Ini menjadi rahasia kami. (ssstt... Jangan bilang siapa-siapa kalau ini rahasia!)

-------------------------

Selesai juga note ini kubuat. Terima kasih pada sang malam yang menjadi saksi dibuatnya note ini.


Tangerang; Pom Bensin
Sabtu, 6 Agustus 2011
I LOVE CENDOL – LOPE KENCENG BUAT CENDOL!

CENDOL.
Gue yakin, pasti semua orang tahu tentang satu kata tersebut. Yups, cendol itu nama sebuah minuman tradisional; manis dan enak. Eitss… kali ini gue gak akan bahas minuman. Cendol yang gue maksud di sini adalah sebuah grup kepenulisan di jejaring sosial facebook. Cendol kepanjangan dari CErita Nulis Diskusi OnLine atau Diskusi Fiksi.Menulis Fiksi.Membaca Fiksi (Universal Nikko+mayokO aikO). Karena namanya Cendol maka semua orang yang ada di dalamnya disebut Cendolers.

Gue inget banget siapa yang nyeret (istilah kami untuk memasukkan anggota baru). Suatu kehormatan buat gue di seret sama kepala sekolahnya! Awalnya sih gue mikir kalo grup ini adalah grup yang biasa-biasa aja seperti grup-grup lainnya. Tau gak apa yang terjadi pas tiap kali gue buka fb? Gile…! Notification gue penuh sama grup itu! Hadeh….

Lantaran fb gue selalu di terjang badai notif itu, gue jadi penasaran apa yang terjadi sama grup tersebut. Eh gak taunya, ternyata banyak program yang diadain. Ada OCK (Operasi Cendol Kecil) cerpen dan puisi; dimana karya cendoler berupa cerpen atau puisi akan di bedah bersama-sama oleh cendolers lainnya. OCB (Operasi Cendol Besar); dimana kita bisa membedah karya cendolers dalam bentuk buku.

PUPUCEN (Puisi-puisi Cendol); dimana cendolers melatih membuat puisi dengan ketentuan yang telah di berikan oleh koordinator. PANCEN OYE; sama seperti Pupucen namun ini membuat pantun. CEMOFREAKS; membahas tentang film. KRC (Korseling Remaja Cendol); kita juga bisa curhat di sini. Klinik Cendol; kita bisa tanya-tanya mengenai masalah kesehatan. CIE (Cendol In English) dan Sunday Fun English, bagi yang suka pewayangan ada CENAYANG. Kalo malmingan gak ada acara mending ikut ACC (Anak Cendol Clubbing). Dan yang lebih seru adalah JUMAT CENDOL, dimana ada salah satu suker (dewan guru) yang akan mengajar kami layaknya sekolah pada umumnya. Banyak program lainnya yang enggak mungkin gue sebut.

Cendol ini bener-bener kayak sekolah deh, makanya kami sering menamai sekolah cendol atau kelas cendol. Ada Kepala Sekolah, Dewan Penasehat, Dewan Suker, ada ruang kelas, ada kantin, ada Aula Dinar, ada Kuburan Belanda buat cendolers yang lagi galau, ada Menara Air. Wuih… keren banget!

Layaknya sekolah, sekolah cendol juga miliki peraturan diantaranya dan yang paling penting adalah dilarang menulis alay dan di singkat-singkat karena bakal ada tim yang mengawasi kita –PPA (Pasukan Pembasmi Alay). Ya iyalah dilarang alay, namanya juga grup kepenulisan! Termasuk alay dalam nama fb lho ya (bagi yang nama fb-nya alay jangan harap bisa bergabung sebelum mengganti namanya dengan nama yang normal! Hahhaha…). Dan yang penting dari sekolah ini adalah GRATISSSS! Untuk menjadi anggota gak perlu mengeluarkan SEPERAK PUN!

Bukan cuma itu aja lho,

Sunday 18 March 2012


Sore tadi Ariel membawakan sesuatu untukku. Sekotak mungil yang dia genggam di tangan kirinya dan dia angsurkan ke telapak tanganku.
“Bukalah saat menjelang tidur nanti,” katanya.
            Aku tak sabar menanti malam. Aku ingin segera membuka kotak mungil berbungkus pink itu.
Kini malam telah menjelang, kantukku mulai menyerang. Aku bersiap membuka kotak itu ketika tiba-tiba ringtone yang aku setel khusus untuk Ariel berbunyi.
“Ya?” sapaku dengan heran.
“Beib, maaf salah ngasih kotak. Jangan dibuka ya. Pliss,”
Omaygot… jadi apa isi kotak ini dan untuk siapa?
Aku terbangun dari tidur siangku. Oh, hanya mimpi. Aku menoleh ke arah handhponeku yang tiba-tiba menjerit. Sebuah panggilan dari Ariel, kekasihku.
“Iya, Beib,” Sapaku.
“Buka pintunya ya, aku di depan rumahmu.”
Sontak aku memutuskan obrolan dan bergegas membukakan pintu untuknya. Dia  tersenyum manis kala kubukakan pintu untuknya.
Di balik pintu kamar, ku dengar percakapan mereka.

"Kita pasangkan saja mereka!" usul Ayah.
"Iya, mereka begitu serasi. Pasti generasi mereka nanti akan cantik dan indah" antusias Ibu.
"Besok kita bahas saat sarapan! Mereka harus segera dikawinkan!"

Apa maksud pembicaraan mereka? Siapa yang mereka jodohkan? Mbak Sekar? Tidak! Dia sudah menikah. Aku? Ya! Sudah pasti aku yang mereka maksud, hanya aku yang berstatus lajang di rumah ini.

Aku memang tak miliki kekasih tapi bukan dengan perjodohan inilah ku dapatkan kekasih. Usiaku masih 25 tahun.

Syukurlah, Ayah dan Ibu tak membahas perjodohan itu kala sarapan. Cukup menenangkanku.

Ku intip mereka kala berada di pekarangan rumah. Ayah membawa tanaman mawar putih, sedang ibu membawa mawar pink.
Kupandangi langit dibalik jendela perpustakaan. Langit masih gelap, hujan pun tak mereda bahkan petir tak mau kalah oleh hujan. Hujan mengingatkan akan hadirnya dirimu dihidupku. Sejak dua tahun lalu kita selalu bersama. Ruangan kelas menjadi saksi bahwa kita saling mencintai.
Sering kita habiskan waktu bersama di sekolah. Bahkan kita sama-sama rela berangkat pagi dan pulang sore hanya untuk kebersamaan. Kantin dan perpustakaan sekolah pun tak luput jadi saksi kebersamaan kita.
Hujan adalah sesuatu kejadian yang selalu kita harapkan setiap hari. Kita selalu menyalahkan hujan saat orang tua kita memarahi kita karena kita pulang sore, supaya kita dapat berlama-lama bersama di sekolah.
Sering saat hujan turun, kita habiskan waktu di perpustakaan, penuh keceriaan. Tapi tidak saat ini, aku kesepian di sini; di perpustakaan yang juga menjadi saksi kebersamaan kita. Kini aku bermesraan dengan buku-buku perpustakaan sebab tak ada dirimu disini.
Entah mengapa, sketsa-sketsa indah kebersamaan kita terlintas dibenakku? Kucoba membuang jauh-jauh pikiran itu tapi tetap saja muncul. Bahkan teori-teori elastisitas yang kubaca tak mampu meredam pikiran-pikiranku tentangmu. Tak ada manfaatnya bila kuterus mengingat masa lalu itu, masa lalu yang hanya menyakitiku.
Sebulan lebih kau sakiti aku. Menyakiti dengan keputusan yang telah kau pilih. Kau memilih untuk mengakhiri hubungan indah kita. Kuterima keputusanmu itu sebab kupikir perpisahan kita hanya sementara. Kita hanya tak ingin terganggu dalam menghadapi Ujian Nasional.
Tapi ternyata dugaanku salah. Dua minggu setelah hubungan kita berakhir, kau telah miliki seorang kekasih. Seorang sahabat yang kini menggantikan posisiku dihatimu.
Kau tentu tahu jika aku begitu murka padamu. Dimanakah janji setiamu itu? Dimana letak perasaanmu? Kau jahat! Berhari-hari aku memusuhimu juga kekasih barumu itu kumusuhi. Berkali-kali kau mencoba mendekatiku. Berkali-kali kau meminta maaf padaku juga penjelasan yang begitu penting. Tentu, kekasihmu juga melakukan hal yang sama denganmu. Ia juga meminta maaf padaku, tak bermaksud merebutmu dariku. Tapi memang inilah takdir kita. Takdir yang harus kujalani. Penjelasanmu itu selalu menghantuiku.

Saturday 17 March 2012

Kutatap tajam matanya. Lelaki berusia enam puluh dua tahun yang duduk dihadapanku adalah sosok atasan dan telah kuanggap sebagai ayahku. Kami sedang berseteru. Bermula dari artikel yang kutulis dan kuajukan padanya tiga minggu lalu. Dia menolak tulisanku tanpa memberikan sebab-musababnya.
"Saya tidak akan meloloskan tulisanmu!" Lelaki itu tetap pada pendiriannya.
"Saya akan tetap menerbitkan tulisan ini! Kasus korupsi ini harus kita selesaikan, Pak!" Ketusku tak mau mengalah.
Kuhela nafas panjang. Perseteruan ini takkan selesai tanpa kepala dingin atau ada salah satu diantara kami yang mengalah. Kami sama-sama keras kepala, sudah pasti diantara kami tak ada yang mau mengalah. Kulangkahkan kaki meninggalkan ruangan kerjanya.
“Ajeng, saya mohon jangan lakukan hal itu! Kau tak mengerti apa yang sedang terjadi!” Dia melarangku dan aku tak peduli itu.
Kuambil sebuah kamera di laci meja kerjaku. Kamera yang selalu menemani hari-hariku sebagai Reporter. Kumulai membuka folder foto-foto. Kucermati satu per satu foto pada folder khusus. Folder khusus ini berisi bukti-bukti korupsi yang kutuliskan dan juga telah kuajukan pada Pak Sofyan; atasanku. Entah mengapa dia tak mengijinkan untuk menerbitkan tulisanku ini? Padahal aku telah miliki bukti kuat.
Mataku terperanjat saat melihat foto urutan ke-93, meski masih dengan kasus dan model yang sama. Anehnya, aku tak pernah mengabadikan kejadian yang terekam pada foto ini.

About Me

Hai Teman...

Blog ini dikembangkan oleh Angger Minerva. Seorang yang hobi menulis, namun beberapa tahun terakhir sudah tidak aktif lagi menulis. Dan kini, ingin kembali menulis terutama di blog ini.

Berencana mengembangkan blog ini untuk berbagi hal-hal yang diketahuinya, hal-hal yang ada dipikirannya, juga hal-hal seputar ilmu komputer. Btw, saat ini dia sedang melanjutkan studi di Magister Ilmu Komputer di Universitas Swasta di Jakarta. Jika teman-teman menemukan kekeliruan, jangan sungkan untuk mengoreksinya.

Akhir kalimat, salam kenal, salam bahagia, salam ceria.

-A.M.-

Popular Posts

Blog Archive