Saturday 18 August 2012

 August 18, 2012         No comments

Kau ingat beberapa kenangan kebersamaan kita? Baiklah, aku akan menceritakannya padamu dan khusus untukmu. 

 15 Tahun yang lalu… 

Aku bergegas melangkah keluar kelas setelah bel sekolah berbunyi. Kuterobos murid-murid yang menyesaki koridor kelas. Aku tak ingin kau menunggu terlalu lama. Aku yakin kau pasti telah menungguku. Dan dugaanku tak meleset. Aku melihatmu sedang berdiri di pintu gerbang sekolah dengan ditemani sebuah sepeda ontel –sepeda pemberian Abah saat kau di Khitan. Sesekali kau usap keringat yang membasahi keningmu –siang ini mentari terasa begitu menyengat. 

 Aku berjalan mengendap-endap mendekatimu. Lantas kukagetkan dirimu dari belakang. Spontan kau terkejut dan aku tertawa penuh kemenangan karena berhasil menjahilimu. Kini aku sadar, bahwa saat itu kau pasti hanya berpura-pura terkejut agar aku bisa tertawa lepas. Bukankah setiap hari aku selalu melakukan hal sama?

“Jahil ya, kamu. Hampir saja jantung Mas mau copot.” Kau menasehatiku sambil mengusap dada.

Aku hanya memamerkan barisan gigi putihku. 

Dan ternyata, dihari berikutnya aku tetap melakukan hal sama.

Aku merindukanmu, Mas. 

*** 

“Kamu ini, mengagetkan saja.” Kau menasehatiku sambil mengusap dada –lagi. Benar kan? Aku melakukannya lagi di hari berikutnya. Kau tahu Mas? Aku tak pernah bosan untuk menjahilimu. Dan sepertinya kau juga tak pernah bosan menasehatiku.

“Ayo pulang, Mas harus bantu Abah di sawah.” Ujarmu. 

Aku pun duduk di boncengan sepeda. Lantas kau mengkayuh sepeda menuju rumah. Setelah pulang sekolah kau selalu membantu Abah di sawah. Ya, kau anak lelaki satu-satunya, aku juga anak perempuan satu-satunya Umi dan Abah. Kita bersekolah di sekolah yang sama. Sebuah Sekolah Dasar Negeri di daerah perkampungan. Kita memang satu sekolah namun kita berbeda kelas. Kau duduk di kelas 6 sedangkan aku masih duduk di kelas 3. Ya, aku masih kecil. Hal itu yang menyebabkan Abah tak mengijinkanku mengkayuh sepeda ke Sekolah. Beliau lebih mempercayaimu untuk mengkayuh sepeda dan memboncengku. 

Kau juga pasti tahu, selama di bonceng, aku tak tinggal diam. Aku memang anak pecicilan. Terkadang aku bernyanyi dengan suara jelekku. Terkadang aku menggoyangkan badan sehingga membuat sepeda oleng dan kau berusaha mengimbanginya.

“Jangan goyang-goyang seperti itu dong, Dek.” Kau menasehatiku.

Dan seperti biasanya, keesokan harinya aku melakukan hal sama. Tidak. Aku tidak mengabaikan nasehatmu. Buktinya aku sangat hafal nasehat-nasehatmu, kan?

Hanya saja …. 

Aku merindukanmu, Mas. 

*** 

Aku menuang air putih dari tek.... Baca selengkapnya...

0 komentar:

Post a Comment

About Me

Hai Teman...

Blog ini dikembangkan oleh Angger Minerva. Seorang yang hobi menulis, namun beberapa tahun terakhir sudah tidak aktif lagi menulis. Dan kini, ingin kembali menulis terutama di blog ini.

Berencana mengembangkan blog ini untuk berbagi hal-hal yang diketahuinya, hal-hal yang ada dipikirannya, juga hal-hal seputar ilmu komputer. Btw, saat ini dia sedang melanjutkan studi di Magister Ilmu Komputer di Universitas Swasta di Jakarta. Jika teman-teman menemukan kekeliruan, jangan sungkan untuk mengoreksinya.

Akhir kalimat, salam kenal, salam bahagia, salam ceria.

-A.M.-

Popular Posts

Blog Archive