Saat itu sebuah beranda menampilkan berita bahwa xxxx
mengomentari status yyyy. Secara otomatis
status milik yyyy juga tertera. Yyyy; aku mengenal dia. Meski kini kita tak
lagi berteman walau di dunia maya sekalipun.
Masa lalu yang getir itu masih aku ingat, sampai kini. Bukan,
bukan aku tak mau melupakannya, hanya saja terkadang teringat.
Entah, sudah berapa bulan aku tak berkunjung ke wall-nya
itu. Dan malam ini aku mampir ke wall-nya. Sedikit terkejut ketika status
hubungannya telah berpacaran. Dulu, dia juga pernah berpacaran dan kuketahui
ternyata akun tersebut adalah akun palsu.
Namun kali ini, aku merasa ini tak mungkin akun palsu. Entahlah…
mungkin lebih baik aku menganggapnya begitu. Sebegitu cepatkah dia menemukan
penggantiku? Tentu. Buat apa dia terlalu lama mengenangku? Atau mungkin dia
sama sekali tak mengenangku?
Akhh… aku tak peduli itu.
Lalu mengapa sampai saat ini aku belum menemukan
penggantinya? Apa aku terlalu mengenangnya?
Akhhh…. Sepertinya tidak. Dia tak pantas aku kenang terlalu
jauh. Mungkin, karna keadaan yang belum memungkinkan…
“Luka itu harusnya di sembuhkan bukan disimpan!” ujar seorang
sahabat kepadaku.
Temanku bilang, jika kita mendengar nama seseorang dari masa
lalu itu membuat hati kita sakit atau ketika teman kita bercerita tentang orang
itu tiba-tiba dada kita terasa sesak. Itu tandanya kita masih menyimpan luka. Kalo
luka kita udah sembuh, itu tandanya kita udah move on.
Aku diam. Lagi-lagi aku hanya bisa diam ketika dinasehati
seperti itu.
Aku memang bodoh dalam hal ini. Tapi aku tidak ingin bodoh
lebih dari ini.
0 komentar:
Post a Comment