Tuesday 22 January 2013

 January 22, 2013         No comments


API…
Ya, A-P-I begitulah kau menamai dirimu. Kau bilang, kau ingin seperti Api sebab kau ingin berbeda dengan yang lain, kau juga ingin seperti api yang menyala; yang setiap waktu dapat menyemangati orang lain –tidak hanya kau sendiri yang memiliki semangat tersebut. Mungkin itu filosofi yang saya ingat darimu. “Nice philosophy.” Batin saya kala itu.

Diluar filosofi yang keren itu. Saya sedikit kesal dengan sikapmu, Api. Hmmm… kau mungkin tahu tindakan apa yang membuat saya kesal?

Baiklah… akan saya beritahu. Namun bisakah kau jawab beberapa pertanyaan saya berikut? 
1.  Kau tahu, kesehatan akan di bayar mahal ketika kesakitan datang?
2. Kau tahu, mencegah lebih baik daripada mengobati?
Cukup, hanya itu saja pertanyaan dari saya.

Api, kau sering mengeluh tentang kepalamu yang sakit menyiksa itu. Mungkin itu karena Darah Rendahmu kambuh. Jujur, saya kecewa! Bukan, bukan karena kau sering mengeluh sakit, tapi kecewa karena selalu mengabaikan rasa sakit itu. Seharusnya kau tahu, sekecil apapun penyakit bila dibiarkan maka akan berbahaya nantinya. Ya, walaupun saya tidak terlalu paham dengan Darah Rendah, tapi saya mengerti bahwa setiap penyakit akan berujung pada kata ‘berbahaya’. Setidaknya sakit kepala yang sering menderamu adalah pengingat bahwa kau tak boleh menyepelekannya.


Api, coba deh kita berpikir. Kita anak pertama. Kita tulang punggung orang tua kita. Di pundak kita ada jutaan harapan mereka. Tentulah kita akan merasa bahagia ketika mampu membuat mereka tersenyum. Apakah kita bisa tersenyum padahal kita merasakan kesakitan yang mendera tubuh kita? Tegakah kita jika harus menipu mereka dengan senyum palsu kita?

Api, bisa tidak kau bayangkan. Bagaimana kau bisa bertahan hingga membuat mereka tersenyum, sedangkan kesakitan itu terus mendera? Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi jika kau sendiri tidak berusaha untuk mengatasinya? Kau mau menunggu sakit itu kian parah? Bukankah itu justru akan membuat mereka bersalah; bersalah karena kau tak menganggap kehadiran mereka? Terlebih tentang senyum palsu itu!

Api, lagi-lagi tentang kesakitan yang selalu kau anggap sepele. Tidakkah kau berpikir kelak kau akan menyesal karena telah menyepelekan kesakitan itu? Saya banyak membaca tentang beberapa berita, banyak orang-orang yang (mungkin) terpaksa pergi meninggalkan orang-orang yang di sayanginya karena penyakitnya kian parah; kesakitan yang dulu selalu dianggapnya sepele. Apakah kau ingin seperti itu? Semoga saja tidak.

Huffh… Maaf jika saya men-judge dirimu melalui coretan ini. Tapi ketahuilah, mungkin dengan ini kau bisa tahu apa yang saya pikirkan ketika kau menyepelekan kesakitan itu. Jangan jadikan coretan ini sebagai beban. Coretan ini saya ketik hanya sebagai bahan renungan; bukan hanya renungan untuk kau namun juga untuk saya.
Ingat, jangan sepelekan kesakitan dan ingatlah harapan-harapan orang tua di pundak kita…
^_^



Tangerang, 22 Januari 2013
12:05 am
 


0 komentar:

Post a Comment

About Me

Hai Teman...

Blog ini dikembangkan oleh Angger Minerva. Seorang yang hobi menulis, namun beberapa tahun terakhir sudah tidak aktif lagi menulis. Dan kini, ingin kembali menulis terutama di blog ini.

Berencana mengembangkan blog ini untuk berbagi hal-hal yang diketahuinya, hal-hal yang ada dipikirannya, juga hal-hal seputar ilmu komputer. Btw, saat ini dia sedang melanjutkan studi di Magister Ilmu Komputer di Universitas Swasta di Jakarta. Jika teman-teman menemukan kekeliruan, jangan sungkan untuk mengoreksinya.

Akhir kalimat, salam kenal, salam bahagia, salam ceria.

-A.M.-

Popular Posts

Blog Archive