Di balik pintu kamar, ku dengar percakapan mereka.
"Kita pasangkan saja mereka!" usul Ayah.
"Iya, mereka begitu serasi. Pasti generasi mereka nanti akan cantik dan indah" antusias Ibu.
"Besok kita bahas saat sarapan! Mereka harus segera dikawinkan!"
Apa maksud pembicaraan mereka? Siapa yang mereka jodohkan? Mbak Sekar? Tidak! Dia sudah menikah. Aku? Ya! Sudah pasti aku yang mereka maksud, hanya aku yang berstatus lajang di rumah ini.
Aku memang tak miliki kekasih tapi bukan dengan perjodohan inilah ku dapatkan kekasih. Usiaku masih 25 tahun.
Syukurlah, Ayah dan Ibu tak membahas perjodohan itu kala sarapan. Cukup menenangkanku.
Ku intip mereka kala berada di pekarangan rumah. Ayah membawa tanaman mawar putih, sedang ibu membawa mawar pink.
Tak ada pikiran negatif kala itu, mereka memang suka bercocok tanam. Terlebih Ayah adalah seorang sarjana pertanian. Sudah pasti pekarangan rumah kami penuh dengan berbagai jenis tanaman.
---
Beruntung punya sahabat yang bisa ditumpangi selama sebulan, lebih beruntung lagi Ayah dan Ibu parcaya pada alasanku menginap.
Sesungguhnya aku hanya mengindar atas perjodohan itu. Dan tak bisa lama-lama berdusta. Kuputuskan tuk kembali.
Pekarangan rumah disesaki banyak warga. Ada apa ini? Apa mereka tahu kalau aku akan pulang hari ini dan hari perjodohan itu adalah hari ini? Tidak! ini tak boleh terjadi! Ku pikir tak ada salahnya ku kembali menginap di rumah sahabat. Dan akan pulang ke rumah ini jika keadaan sudah membaik. Setidaknya sampai mereka tak menjodohkanku.
Tapi aku kalah cepat dengan Ayah, ia sudah menemukanku terpaku di pintu pekarangan rumah.
"Arum! Kamu baru pulang?" sapa Ayah.
"Hey Arum, lihat ini!" mbak Sekar memamerkan tanaman mawar yang begitu indah. Kombinasi dari berbagai warna.
"Sebulan lalu, Ayah dan Ibu mengawinkan(*) beberapa tanaman mawar. Dan inilah hasilnya, indah dan cantik bukan?" jelas Ibu.
Oalah...
----Selesai---
* kawinkan : di sini maksudnya di stek batang
Sunday, 18 March 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment