Sunday, 18 March 2012

 March 18, 2012         No comments
Kupandangi langit dibalik jendela perpustakaan. Langit masih gelap, hujan pun tak mereda bahkan petir tak mau kalah oleh hujan. Hujan mengingatkan akan hadirnya dirimu dihidupku. Sejak dua tahun lalu kita selalu bersama. Ruangan kelas menjadi saksi bahwa kita saling mencintai.
Sering kita habiskan waktu bersama di sekolah. Bahkan kita sama-sama rela berangkat pagi dan pulang sore hanya untuk kebersamaan. Kantin dan perpustakaan sekolah pun tak luput jadi saksi kebersamaan kita.
Hujan adalah sesuatu kejadian yang selalu kita harapkan setiap hari. Kita selalu menyalahkan hujan saat orang tua kita memarahi kita karena kita pulang sore, supaya kita dapat berlama-lama bersama di sekolah.
Sering saat hujan turun, kita habiskan waktu di perpustakaan, penuh keceriaan. Tapi tidak saat ini, aku kesepian di sini; di perpustakaan yang juga menjadi saksi kebersamaan kita. Kini aku bermesraan dengan buku-buku perpustakaan sebab tak ada dirimu disini.
Entah mengapa, sketsa-sketsa indah kebersamaan kita terlintas dibenakku? Kucoba membuang jauh-jauh pikiran itu tapi tetap saja muncul. Bahkan teori-teori elastisitas yang kubaca tak mampu meredam pikiran-pikiranku tentangmu. Tak ada manfaatnya bila kuterus mengingat masa lalu itu, masa lalu yang hanya menyakitiku.
Sebulan lebih kau sakiti aku. Menyakiti dengan keputusan yang telah kau pilih. Kau memilih untuk mengakhiri hubungan indah kita. Kuterima keputusanmu itu sebab kupikir perpisahan kita hanya sementara. Kita hanya tak ingin terganggu dalam menghadapi Ujian Nasional.
Tapi ternyata dugaanku salah. Dua minggu setelah hubungan kita berakhir, kau telah miliki seorang kekasih. Seorang sahabat yang kini menggantikan posisiku dihatimu.
Kau tentu tahu jika aku begitu murka padamu. Dimanakah janji setiamu itu? Dimana letak perasaanmu? Kau jahat! Berhari-hari aku memusuhimu juga kekasih barumu itu kumusuhi. Berkali-kali kau mencoba mendekatiku. Berkali-kali kau meminta maaf padaku juga penjelasan yang begitu penting. Tentu, kekasihmu juga melakukan hal yang sama denganmu. Ia juga meminta maaf padaku, tak bermaksud merebutmu dariku. Tapi memang inilah takdir kita. Takdir yang harus kujalani. Penjelasanmu itu selalu menghantuiku.

"Maafkan aku memilih keputusan ini. Selama ini orang tuaku tak pernah merestui hubungan kita. Kau tentu menyadari perbedaan agama yang kita anut. Sangat sulit untuk kita bersatu. Kau tentu menginginkan lelaki yang selalu menemanimu ke Gereja, lelaki yang selalu ada saat perayaan Natal. Dan tentu aku juga sama, menginginkan wanita yang selalu menemaniku shalat berjamaah, berangkat bersama ketika hari raya, menemani saat kulantunkan ayat suci Al-quran,"
Penjelasanmu membuatku sesak. Mungkinkah perbedaan itu yang membuat kita tak mungkin bersatu?. Tentu, itulah perbedaan kita. Perbedaan yang selama ini kita asingkan. Dan dengan bertambahnya kedewasaan kita, kita kini mempermasalahkan perbedaan itu. Kau benar, kita tak mungkin bersatu seperti dulu kala, tapi kita tetap bersatu dalam ikatan pertemanan dan tidak lebih dari itu.
Kulihat langit tak lagi menitikkan air hujan meski awan gelap masih menutupi langit, tapi awan dimataku berhasil menitikkan beberapa tetes embun.
Segera aku keluar dari perpustakaan, sudah waktunya aku pulang. Diseberang sana kulihat kau bersama kekasihmu, kalian tersenyum padaku. Terpaksa kubalas senyuman itu. Aku tak ingin berlama-lama di sekolah. Sejak saat itu aku mulai malas berangkat ke Sekolah, bukan tak ingin menuntut ilmu. Tapi karena kau dan kekasihmu, aku ingin luka dihatiku sembuh. Aku berusaha tuk ikhlas dan tegar hadapi semua ini.

0 komentar:

Post a Comment

About Me

Hai Teman...

Blog ini dikembangkan oleh Angger Minerva. Seorang yang hobi menulis, namun beberapa tahun terakhir sudah tidak aktif lagi menulis. Dan kini, ingin kembali menulis terutama di blog ini.

Berencana mengembangkan blog ini untuk berbagi hal-hal yang diketahuinya, hal-hal yang ada dipikirannya, juga hal-hal seputar ilmu komputer. Btw, saat ini dia sedang melanjutkan studi di Magister Ilmu Komputer di Universitas Swasta di Jakarta. Jika teman-teman menemukan kekeliruan, jangan sungkan untuk mengoreksinya.

Akhir kalimat, salam kenal, salam bahagia, salam ceria.

-A.M.-

Popular Posts

Blog Archive